IHSG Tertekan Pekan Depan: Perang Iran-Israel & Ekonomi Jadi Momok?

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar saham Indonesia kembali diuji. Pada penutupan perdagangan Jumat (20/6/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah sebesar 0,88 persen, menyentuh level 6.907,14. Penurunan ini dipicu oleh kombinasi tekanan eksternal dan dinamika internal yang mempengaruhi sentimen investor.

Eskalasi konflik geopolitik global dan isu-isu ekonomi domestik menjadi faktor utama yang mendorong investor untuk mengambil posisi lebih hati-hati di pasar saham.

Salah satu katalis utama yang membebani kinerja IHSG adalah meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Potensi aliansi antara Iran dan Israel, dua negara yang telah lama bersitegang, menimbulkan kekhawatiran baru. Konflik ini, yang berpotensi menyeret kekuatan-kekuatan besar dunia termasuk anggota G7 seperti Amerika Serikat, semakin memperkeruh suasana.

“Kekhawatiran pasar meningkat dan berpotensi berdampak pada kenaikan inflasi,” jelas VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, seperti dikutip dari Kontan.

Baca juga: IHSG Ditutup di Level 6.907, Kurs Rupiah Menguat Tipis

Tekanan juga datang dari dalam negeri. Kebijakan suku bunga yang cenderung stagnan, baik BI rate maupun Fed Funds Rate (FFR), menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Hal ini dikhawatirkan dapat menahan laju daya beli masyarakat dan pertumbuhan permintaan kredit, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Senada dengan pandangan tersebut, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, menyoroti isu defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai sentimen negatif lainnya. Menurutnya, defisit APBN dapat mempengaruhi ekspektasi pelaku pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

“Investor terlihat masih risk-on di sektor perbankan mengingat dari data-data ekonomi masih belum pulih,” ungkap Indy Naila, juga dikutip dari Kontan.

Baca juga: Duduk Perkara Gagal Bayar Akseleran: Suara Lender Muda, Klarifikasi Influencer, dan Sikap OJK

Indy Naila menyoroti bahwa belum pulihnya profitabilitas sektor perbankan dan ketidakpastian arah kebijakan suku bunga menjadi alasan utama bagi investor untuk melepas saham-saham bank besar.

Data perdagangan pada hari yang sama menunjukkan adanya aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing dengan nilai mencapai Rp 2,73 triliun di seluruh pasar. Sektor perbankan menjadi target utama penjualan, dengan saham-saham berikut mencatatkan nilai penjualan terbesar:

  • PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): Rp 576,8 miliar
  • PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI): Rp 445,7 miliar
  • PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI): Rp 308,9 miliar
  • PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI): Rp 129,4 miliar

Sinyal kehati-hatian investor juga tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit, yang hanya mencapai 8,43 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Mei 2025.

Baca juga: Perusahaan Djoko Susanto (BLOG) IPO dengan Harga Rp 240–270 per Saham

Mempertimbangkan kondisi pasar saat ini, Oktavianus Audi memproyeksikan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang yang relatif sempit, antara 6.800 hingga 6.900 dalam jangka pendek. “Kami meyakini pasar masih akan sensitif terhadap keberlanjutan di Timur Tengah,” tegasnya.

Meskipun pasar sedang dilanda ketidakpastian, beberapa saham masih dinilai menarik bagi investor yang memiliki profil risiko yang lebih tinggi.

Oktavianus merekomendasikan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) sebagai pilihan saham jangka pendek berdasarkan momentum dan analisis teknikal. Ia merekomendasikan spekulatif buy untuk ERAA dengan target harga Rp 570 dan AMMN dengan target harga Rp 8.400.

Sementara itu, Indy Naila menjagokan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan target harga antara Rp 1.400–Rp 1.500, serta PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan target harga Rp 2.600.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul: “Iran-Israel Makin Panas, IHSG Masih Akan Tertekan dalam Jangka Pendek”.

Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar