Emiten Ramai Bikin Perusahaan Baru: Analis Ungkap Untung Ruginya!

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

businesscarddiscounts.com JAKARTA. Gelombang pembentukan perusahaan baru oleh sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia kian gencar terlihat belakangan ini. Langkah strategis ini ditempuh, baik secara langsung maupun melalui entitas anak usaha, guna memuluskan ekspansi bisnis dan memperkuat diversifikasi portofolio usaha mereka di masa depan.

Dalam kurun waktu sepekan terakhir saja, penelusuran Kontan.co.id mencatat setidaknya tiga emiten besar telah mengumumkan pendirian entitas baru. Fenomena ini menunjukkan dinamika agresif perusahaan-perusahaan di pasar modal dalam menopang pertumbuhan dan adaptasi terhadap peluang yang ada.

Ambil contoh PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), raksasa properti ini bertindak melalui entitas terkendalinya, PT Serpong Cipta Kreasi Tbk (SPCK). SPCK kini tengah menggarap proyek real estat ambisius di Serpong, Kabupaten Tangerang, di atas lahan milik afiliasi SMRA, yakni PT Variatata (VT) dan PT Lestari Kreasi (LK). Untuk mengoptimalkan pengembangan ini, SPCK bersama VT dan LK secara resmi mendirikan dua perusahaan baru pada 13 Juni 2025: PT Serpong Cahaya Harmoni (SPCH) dan PT Serpong Cipta Lestari (SPCL). Kedua entitas baru ini nantinya akan mengambil alih pembelian lahan dari VT dan LK untuk kelancaran proyek tersebut.

Tak hanya di sektor properti, agresivitas serupa juga terlihat di sektor energi. PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), misalnya, melalui dua anak usahanya, PT Arkora Energi Merah Putih (AEMP) dan PT Arjuna Hidro (AH), membentuk dua entitas baru, yaitu PT Pembangunan Hydro Indonesia (PHI) dan PT Arkora Merah Putih (AMP) pada 17 Juni. Dengan manuver ini, ARKO secara tidak langsung berhasil menguasai 99% saham di masing-masing entitas baru tersebut. Pendirian ini merupakan bagian integral dari strategi ARKO untuk memperluas jangkauan bisnisnya di sektor energi baru dan terbarukan (EBT), seiring dengan meningkatnya permintaan akan energi bersih.

Pendekatan yang berbeda namun serupa diusung oleh PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR). Pada 16 Juni, POWR secara resmi mendirikan anak usaha baru bernama PT Energi Baik Alami (EBA), di mana POWR memegang kepemilikan mayoritas dengan 49.999 saham atau setara dengan 99,998% dari total modal disetor EBA. Entitas baru ini dirancang sebagai holding company yang akan fokus pada pengelolaan dan pengembangan investasi di sektor energi terbarukan, menegaskan komitmen POWR terhadap keberlanjutan dan diversifikasi sumber energi.

Ekky Topan, seorang Investment Analyst dari Infovesta Utama, menyoroti bahwa pendirian perusahaan baru merupakan langkah strategis yang sangat menjanjikan bagi emiten. “Selain memacu laju ekspansi, kehadiran perusahaan baru juga memungkinkan struktur bisnis menjadi lebih fokus dan fleksibel untuk tumbuh secara independen,” terang Ekky pada Jumat (22/6). Pandangan ini diamini oleh Muhammad Wafi, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), yang menambahkan bahwa entitas baru umumnya dapat bergerak lebih lincah dan adaptif dalam pengambilan keputusan bisnis. “Proses pendiriannya juga relatif mudah, selama tidak bertentangan dengan POJK 17/2020 dan POJK 42/2020, maka tak memerlukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),” jelas Wafi pada Minggu (22/6).

Meskipun demikian, para analis turut mengingatkan akan sejumlah potensi risiko yang menyertai strategi ini. Pendirian perusahaan baru tentu membutuhkan suntikan modal awal yang signifikan. Selain itu, ada kemungkinan terjadi tumpang tindih usaha dengan induk perusahaan jika perencanaan tidak matang. Jumlah entitas yang terlalu banyak juga berpotensi memperumit pengawasan dan melemahkan fokus manajemen, khususnya jika diversifikasi bisnis tidak terintegrasi dengan baik. “Oleh karena itu, pendirian entitas baru perlu dibarengi dengan perencanaan yang matang dan tata kelola perusahaan yang kuat,” tegas Ekky, menekankan pentingnya manajemen risiko.

Prospeknya pun diperkirakan akan terus berlanjut. Ekky memproyeksikan tren pendirian entitas baru ini akan meramaikan pasar sepanjang sisa tahun 2025. Prediksi ini didasari oleh pemulihan sektor riil yang kian solid, meningkatnya akses pendanaan, serta adanya insentif pemerintah, khususnya di sektor properti, energi hijau, dan digitalisasi. Wafi turut menambahkan, sektor-sektor seperti energi terbarukan, data center, dan bidang-bidang terkait Environmental, Social, and Governance (ESG) akan menjadi lahan subur bagi lahirnya entitas-entitas baru di masa mendatang.

Terkait prospek investasi saham dari emiten-emiten yang tengah gencar berekspansi ini, Wafi belum memberikan rekomendasi resmi. Namun, ia memproyeksikan harga saham SMRA berpotensi menembus Rp 700, ARKO di kisaran Rp 900, dan POWR di level Rp 1.000 per saham. Sementara itu, Ekky menyarankan agar saham SMRA menarik untuk dikoleksi dengan target harga Rp 500. Untuk POWR, ia melihat potensi di Rp 800, dan ARKO sebagai opsi spekulatif di rentang Rp 900–Rp 950 per saham.

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar