AS Serang Iran: Dampak Harga Minyak, Emas, dan Pasar Saham?

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

Keterlibatan Amerika Serikat (AS) secara resmi dalam serangan terhadap situs nuklir Iran, yang mengikuti langkah Israel melancarkan serangan serupa ke fasilitas militer Iran pada pertengahan Juni, telah memicu gelombang kekhawatiran di pasar global. Eskalasi konflik geopolitik ini secara langsung berpotensi memicu lonjakan harga minyak, meningkatkan permintaan terhadap aset aman (safe haven), serta memberikan tekanan signifikan pada pasar saham dunia, termasuk di Indonesia.

Langkah signifikan ini diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump melalui platform media sosial Truth Social. Para investor kini disibukkan mencermati berbagai skenario dan implikasi konflik ini terhadap pergerakan pasar finansial saat perdagangan global kembali dibuka pada awal pekan.

Harga Minyak Berpotensi Naik Tajam

Konflik geopolitik yang memanas ini sontak menciptakan ketidakpastian yang mendalam di pasar, dengan harga minyak mentah diperkirakan akan melonjak tajam pada pembukaan perdagangan. Mark Spindel, Kepala Investasi Potomac River Capital, menggarisbawahi bahwa “ketidakpastian akan menyelimuti pasar, karena kini warga Amerika di mana pun akan terekspos. Ini akan meningkatkan ketidakpastian dan volatilitas, terutama dalam minyak.”

Harga minyak mentah Brent, patokan global, telah menunjukkan respons signifikan dengan melonjak 18 persen sejak 10 Juni, mencapai level tertinggi dalam hampir lima bulan di USD 79,04 per barel pada Kamis lalu. Senada dengan pandangan tersebut, Jack Ablin, Kepala Investasi Cresset Capital, menambahkan bahwa “perkembangan ini menambah tekanan baru pada inflasi global,” menegaskan bahwa “hal ini pasti akan berdampak pada harga energi dan berpotensi pada inflasi juga.”

Pasar Saham Terancam Tekanan, Termasuk IHSG

Eskalasi konflik antara AS dan Iran diproyeksikan akan memberikan tekanan substansial pada bursa saham, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan, memprediksi bahwa IHSG akan dibuka melemah pada Senin (23/6) seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar.

Menurut Felix, “secara umum, IHSG berpotensi melemah pada pembukaan perdagangan besok, karena pasar akan mencermati potensi lanjutan dari konflik tersebut, terutama dampaknya ke harga minyak, stabilitas kawasan, serta respons geopolitik negara-negara besar lainnya.” Ia memproyeksikan level support IHSG berada di 7.150 dan 7.100, dengan level resistance antara 7.250–7.300. Namun, Felix mengingatkan bahwa “jika konflik semakin memanas dan memicu arus keluar dana asing, tekanan bisa lebih dalam.” Sebaliknya, ia menambahkan, “kalau pasar melihat konflik ini cepat mereda dan tidak mengganggu suplai energi global secara langsung, tekanan bisa sedikit terbatas,” menunjukkan bahwa pasar akan sangat peka terhadap perkembangan selanjutnya.

Permintaan Dolar Naik, Rupiah Tertekan

Dampak lain dari konflik ini adalah lonjakan signifikan dalam permintaan terhadap dolar AS sebagai aset safe haven global. Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menjelaskan bahwa fenomena ini dapat berimplikasi langsung pada tekanan nilai tukar rupiah. “Saat permintaan dolar naik dan investor menarik dana dari Indonesia, rupiah tertekan,” papar Yusuf. Pelemahan rupiah ini berpotensi memperparah tekanan inflasi domestik, mengingat biaya impor barang-barang strategis seperti pangan dan energi akan ikut meningkat.

Yusuf menilai situasi ini menempatkan Bank Indonesia dalam dilema kebijakan, di mana bank sentral dihadapkan pada kebutuhan krusial untuk menjaga stabilitas rupiah tanpa mengorbankan momentum pemulihan ekonomi nasional. Oleh karena itu, ia memperkirakan, “Bank Indonesia kemungkinan akan menempuh kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menahan laju inflasi, meski langkah itu juga bisa mengerem pertumbuhan ekonomi.”

Investor Beralih ke Aset Aman: Emas dan Dolar

Ketegangan geopolitik yang meruncing secara konsisten mendorong investor untuk mencari perlindungan nilai dalam aset-aset seperti emas. Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, memperkirakan bahwa harga emas dunia akan mengalami lonjakan signifikan. “Harga emas dunia itu akan melejit tinggi. Kembali ke USD 3.450 per troy ons bahkan bisa mencapai level USD 3.500,” ujar Ibrahim, menunjukkan potensi kenaikan yang substansial. Meskipun demikian, ia menilai bahwa pelemahan rupiah kali ini belum akan seburuk periode pandemi, namun tetap akan signifikan apabila konflik ini berkembang menjadi lebih luas.

Asia Rentan: Dampak ke Pertumbuhan Ekonomi Kawasan

Kawasan pasar Asia secara khusus dinilai sangat rentan terhadap gejolak harga energi yang diakibatkan oleh konflik ini. Rong Ren Goh, Manajer Portofolio Eastspring Investments Singapura, menegaskan bahwa “pengeboman AS terhadap fasilitas nuklir Iran menandai eskalasi signifikan dalam konflik Israel–Iran dan memperkenalkan fase baru risiko geopolitik.” Ia melanjutkan, “Konflik yang berlarut-larut meningkatkan risiko gangguan pasokan, yang dapat memicu tekanan inflasi dan membebani ekspektasi pertumbuhan di seluruh kawasan,” menyoroti ancaman ganda terhadap ekonomi regional. Goh juga memprediksi akan terjadi arus modal keluar dari aset-aset berisiko di Asia serta peningkatan permintaan yang berkelanjutan terhadap dolar AS sebagai tempat berlindung investasi.

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar