businesscarddiscounts.com SAMARINDA — Kalimantan Timur secara strategis mengalihkan fokusnya ke pengembangan sektor pertanian, memosisikannya sebagai fondasi ekonomi baru yang kokoh bagi daerah. Langkah ini diambil menyusul dinamika sektor pertambangan di Benua Etam yang menunjukkan tren penurunan, menciptakan ketidakpastian ekonomi yang perlu diantisipasi.
Budi Widihartanto, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Timur, menegaskan bahwa pengembangan tanaman pangan merupakan langkah krusial untuk menjaga stabilitas dan ketahanan ekonomi regional. “Pengembangan sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, menjadi alternatif esensial untuk memelihara ketahanan ekonomi daerah,” ungkap Budi dalam keterangan resminya pada Rabu (2/7/2025).
: Bekas Tambang Ilegal di Cirebon akan Diubah Jadi Objek Wisata
Namun demikian, Budi tidak menampik bahwa upaya ini menghadapi sejumlah tantangan. Kondisi geografis Kalimantan Timur yang berbeda signifikan dengan Pulau Jawa menghadirkan kompleksitas tersendiri dalam pengembangan sektor pertanian. Kualitas lahan yang tidak seoptimal di Jawa, ditambah dengan struktur biaya produksi yang cenderung lebih tinggi, menjadi kendala substansial yang harus diatasi.
: : Komisi XII DPR Soroti Krisis Lahan Bekas Tambang di Jambi
“Oleh karena itu, intervensi dan insentif dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, sangat diperlukan untuk mendukung para petani,” imbuhnya. Menurutnya, inisiatif strategis untuk mengembangkan lahan produktif di area bekas tambang dapat menjadi terobosan revolusioner. Langkah ini berpotensi mencapai dua sasaran utama secara simultan: swasembada pangan dan penggerakan roda ekonomi lokal. Konsep ini dipandang sebagai solusi saling menguntungkan, di mana lahan-lahan yang sebelumnya dieksploitasi kini dapat dimanfaatkan untuk mendukung produktivitas pertanian jangka panjang.
: : Bahlil Perintahkan Dirjen Gakkum Baru Tumpas Tambang Ilegal Tanpa Pandang Bulu
Guna menopang transformasi ini, beragam skema pembiayaan telah dipersiapkan melalui pendekatan multi-institusional yang terintegrasi. Bank Indonesia Pusat, misalnya, telah menggelontorkan Kredit Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang disertai insentif penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 5% bagi perbankan yang aktif menyalurkan kredit ke sektor pertanian.
Di tingkat regional, Bank Indonesia Kalimantan Timur mengimplementasikan program Bina Etam. Ini merupakan kolaborasi strategis dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang bertujuan untuk mengakselerasi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Program ini secara spesifik dirancang untuk memperluas akses pembiayaan, meningkatkan literasi keuangan, serta memperkuat sinergi antarlembaga yang berfokus pada UMKM.
Budi juga menjelaskan bahwa dukungan dari pemerintah pusat terwujud melalui optimalisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang konsisten didorong oleh Kementerian Keuangan untuk sektor pertanian. Meskipun penyaluran kredit ini masih berjalan lebih lambat dari proyeksi awal, optimisme untuk mencapai target tetap terjaga. Pihak Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui sejumlah pilar utama. Pilar-pilar tersebut meliputi peningkatan kapasitas, kualitas, dan sumber daya manusia di sektor pertanian, serta perluasan akses pembiayaan kepada kelompok-kelompok tani (poktan).
Program peningkatan kapasitas ini dilatarbelakangi oleh identifikasi permasalahan mendasar di sektor pertanian Kaltim, yaitu kualitas lahan yang cenderung buruk dan biaya produksi yang tinggi. Hal ini utamanya disebabkan oleh perbedaan signifikan dalam metode pengolahan lahan dibandingkan dengan praktik yang lazim di Pulau Jawa.
Ashari Novy Sucipto, Analis Senior Fungsi Perumusan Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) KPwBI Kaltim, turut memberikan analisis mendalam dari sudut pandang teknis terkait strategi implementasi. Menurut Novy, strategi utama pemerintah Kalimantan Timur bukanlah pada pembukaan sawah baru atau ekstensifikasi lahan. Sebaliknya, fokus diarahkan pada optimalisasi lahan pertanian yang telah ada.
“Target program optimalisasi lahan di Kaltim mencakup area seluas 14.000 hektare,” jelas Novy. Dia menjelaskan bahwa strategi ini dipilih lantaran program ekstensifikasi dinilai sulit diterapkan mengingat konteks geografis Kalimantan Timur yang unik. Oleh karena itu, pemerintah secara aktif mendorong upaya intensifikasi pertanian melalui penerapan inovasi teknologi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan yang sudah ada demi menjaga ketahanan pangan di masa depan. Pendekatan ini diharapkan tidak hanya mengoptimalkan pengembalian investasi (ROI), tetapi juga meminimalkan jejak lingkungan.
Tinggalkan komentar