Cerita Christian Gray, Guru Penjas yang Bawa Auckland City Raih Poin di Piala Dunia

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

businesscarddiscounts.com – , Jakarta – Christian Gray, guru pendidikan jasmani berusia 28 tahun asal Selandia Baru, mencetak gol saat Auckland City FC melawan klub besar Argentina Boca Juniors di Piala Dunia Antarklub 2025, pada Rabu, 25 Juni 2025. Ia memberikan kesempatan bagi rekan-rekannya di Auckland City FC bersorak kegirangan untuk partisipasi di turnamen elite klub dunia.

Gol Gray memastikan hasil imbang 1-1 atas Boca Juniors. Ini mengakhiri dua hasil buruk sebelumnya. Auckland dihajar 10-0 oleh Bayern Munchen dan menelan kekalahan 6-0 dari Benfica. “Saya berasal dari kota kecil, jauh dari sini dan sangat berbeda dengan situasinya. Jadi ini seperti mimpi,” kata Gray setelah pertandingan, dikutip dari ESPN.

Skuad Auckland City, yang terdiri dari guru, pengemudi pengiriman barang, dan pedagang, telah membayar harga yang mahal untuk ambisi sepak bola mereka. Banyak pemain yang mendanai partisipasi mereka sendiri sambil melakukan pekerjaan hariannya. Situasi ini sangat kontras dengan para pesepak bola profesional yang berada di klub elite di piala dunia klub kali ini.

Auckland City, klub Selandia Baru, finis di dasar klasemen dengan hanya satu poin. Tetapi, bagi pelatih Paul Posa, satu poin itu merupakan kemenangan yang sangat besar. “Anda tidak dapat menjelaskan peluang yang kami hadapi,” kata Posa. “Klub kami kecil tetapi memiliki hati yang besar. Kami mendapatkan sesuatu dari turnamen, yang merupakan hadiah yang pantas bagi semua orang yang telah bekerja di balik layar.”

Posa tidak pernah kehilangan keyakinan pada timnya meski skor akhir menunjukkan level yang tidak seimbang di awal turnamen. “Saya selalu berpikir kami harus mencetak gol. Kami telah bekerja sangat keras. Sedikit beruntung di babak pertama, tetapi saya tahu kami harus mencetak gol,” ucap dia.

Bagi Gray, turnamen itu mengakhiri apa yang ia gambarkan sebagai perjalanan empat tahun yang panjang. “Itu perjalanan yang sulit. Kami mengalami beberapa hasil yang sulit, tetapi saya senang untuk tim dan para pemain. Saya pikir kami pantas mendapatkannya,” kata dia.

Kini, Gray harus menukar sorotan di sepak bola internasional dengan setumpuk tugas selama liburan sekolahnya. Ini mungkin transisi yang aneh dalam dunia sepak bola. Setelah pertandingan terbesar dalam sejarah klub amatir, ia harus kembali ke pekerjaan asal pertamanya.

Pilihan Editor: Revolusi PSG di Bawah Luis Enrique

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar