Dividen Gede Saham Tambang BUMN: Peluang Investasi atau Jebakan?

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link


Sebanyak tiga emiten tambang milik negara siap membagikan dividen kepada para investornya. Dua di antara emiten tersebut bahkan tercatat akan menyalurkan dividen dalam jumlah yang sangat signifikan.

Ketiga perusahaan plat merah yang dimaksud adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Keputusan penting mengenai pembagian dividen ini telah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk Tahun Buku 2024, yang diselenggarakan pada Kamis, 12 Juni 2024.

ANTM akan membagikan dividen senilai Rp 3,6 triliun, atau setara dengan Rp 151,77 per saham. Jumlah ini mencerminkan 100 persen dari total laba bersih perseroan di tahun 2024, sebuah rasio pembagian dividen (dividend payout ratio/DPR) yang sama dengan tahun sebelumnya. Pada penutupan perdagangan Kamis, 12 Juni 2025, harga saham ANTM berada di level Rp 3.170, turun 110 poin atau 3,35 persen dari hari sebelumnya. Dengan harga tersebut, imbal hasil dividen (dividend yield) ANTM mencapai 4,78 persen.

Sementara itu, PTBA menetapkan pembagian dividen sebesar Rp 3,8 triliun, atau Rp 332 per saham. Rasio pembagian ini mencapai 75 persen dari laba bersih, konsisten dengan DPR tahun sebelumnya. Harga saham PTBA ditutup di level Rp 2.980 pada Kamis, turun 1 persen dari hari sebelumnya. Dengan nilai tersebut, yield dividen PTBA sangat menarik, mencapai 11,14 persen.

Kemudian, TINS akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 474,65 miliar, atau sekitar Rp 63,73 per saham. Rasio pembagian keuntungannya ditetapkan pada 40 persen. Pada penutupan perdagangan, harga saham TINS tercatat di Rp 1.160, menghasilkan yield dividen sebesar 5,49 persen.

Prospek dan Rekomendasi Saham

Analisis mendalam dari para pakar investasi memberikan gambaran jelas mengenai prospek ketiga saham tambang ini. Oktavianus Audi, Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, berpendapat bahwa dividen ANTM tetap solid. Hal ini didukung oleh kemampuan kas perusahaan untuk menutupi kebutuhan belanja modal (capex) yang mencapai Rp 3,7 triliun. Lebih lanjut, laba bersih ANTM tercatat melonjak fantastis, sebesar 794 persen secara tahunan pada kuartal I 2025.

Meskipun PTBA membagikan dividen jumbo, Audi menyoroti bahwa capex perusahaan untuk tahun 2025 melonjak hingga tiga kali lipat menjadi Rp 7,2 triliun. Kondisi ini berpotensi mempersulit PTBA dalam menjaga rasio pembagian dividen di level 100 persen ke depannya. Adapun TINS, keputusan pembagian dividennya dinilai mengikuti pola historis perusahaan, seiring dengan laba bersih yang melesat 363 persen secara tahunan di tahun 2024.

Audi menilai ANTM dan TINS masih memiliki prospek cerah. Kenaikan harga emas ke US$ 3.120 per troy ounce dan rebound harga timah ke US$ 35.000 per ton pada kuartal I 2025 menjadi sentimen positif. Dukungan tambahan juga datang dari proyek kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan upaya hilirisasi. Namun, ia juga mengingatkan akan risiko oversupply nikel yang masih membayangi pasar. Sebaliknya, prospek PTBA dinilai kurang menarik akibat harga batu bara yang stagnan, bahkan turun dari US$ 124 menjadi US$ 104 per ton di akhir kuartal I. Capex besar untuk proyek rel dan hilirisasi batu bara (Dimethyl Ether/DME) juga berpotensi menekan arus kas. Berdasarkan analisis ini, Audi merekomendasikan beli ANTM dengan target harga Rp 3.450 per saham, trading buy TINS dengan target harga Rp 1.370 per saham, dan tahan PTBA dengan target harga Rp 3.100 per saham.

Senada dengan pandangan positif terhadap ANTM, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menilai saham ANTM tetap menarik. Permintaan emas dan nikel yang tinggi, ditambah dorongan dari sektor EV dan ekspansi smelter nikel, menjadi katalis utama. Untuk PTBA, prospeknya sangat bergantung pada permintaan batu bara, khususnya dari Tiongkok dan India. Sementara itu, Indy menyarankan investor TINS untuk tetap mencermati fluktuasi harga komoditas. Rekomendasi dari Indy meliputi buy on weakness ANTM dengan target Rp 3.800–4.000, beli PTBA dengan target Rp 3.100, dan speculative buy TINS dengan target Rp 1.365.

Analisis serupa juga disampaikan oleh Muhammad Wafi dari Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), yang merekomendasikan buy on weakness untuk ANTM dengan target harga di level support Rp 3.600 per saham. Founder WH-Project, William Hartanto, turut memberikan rekomendasinya untuk beli ANTM dengan target Rp 3.600–3.800 dan beli PTBA dengan target Rp 3.140–3.300.

Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul 3 Saham Tambang Pemerintah Akan Bayar Dividen Jumbo, Mana yang Layak Beli / Jual?

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar