Dividen Jumbo BUMN Mengalir ke Negara: Efeknya ke Ekonomi?

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

businesscarddiscounts.com JAKARTA. Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara kini mulai merasakan hasil nyata dari portofolio investasinya, dengan memperoleh dividen perdana dari sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada dalam kelolaannya. Aliran dana segar ini bukan sekadar pemasukan biasa, melainkan fondasi penting yang akan menjadi modal awal bagi Danantara untuk menggerakkan roda investasi lebih lanjut, membuka lembaran baru dalam upaya pengembangan ekonomi nasional.

Fenomena menarik terlihat pada sejumlah emiten plat merah yang secara signifikan mengerek porsi alokasi laba bersih untuk dividen, atau dikenal dengan istilah dividend payout ratio. Ambil contoh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), yang menunjukkan komitmen kuat kepada pemegang sahamnya dengan meningkatkan rasio pembayaran dividen dari 60% untuk laba tahun buku 2023 menjadi ambisius 85% untuk laba tahun buku 2024. Seiring dengan peningkatan laba bersih dan lonjakan rasio tersebut, jumlah dividen yang dibayarkan BMRI pun melonjak drastis, dari semula Rp 33,03 triliun atau setara Rp 353,96 per saham menjadi Rp 43,51 triliun atau Rp 466,18 per saham.

Tak hanya Bank Mandiri, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga mengikuti jejak serupa dengan mengerek besaran alokasi laba bersih yang dibagikan sebagai dividen. Untuk tahun buku 2024, dividend payout ratio TLKM mencapai 89% atau setara Rp 21,04 triliun, angka yang menunjukkan peningkatan signifikan dari 72% pada periode sebelumnya.

Danantara Siap Jadi Liquidity Provider, Begini Prospek Kinerja Emiten BUMN

Di tengah maraknya pembagian dividen jumbo ini, catatan KONTAN menunjukkan bahwa dari 19 emiten BUMN yang telah atau akan membagikan dividen, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menonjol sebagai perusahaan dengan dividend yield terbesar. Emiten tambang batubara ini membagikan dividen sebesar Rp 3,82 triliun atau Rp 332,3 per saham. Jika mengacu pada harga saham per Jumat (13/6) di level Rp 2.970, potensi dividend yield PTBA mencapai 11,18%, sebuah angka yang sangat menarik bagi investor.

Menyusul PTBA, saham dengan dividend yield terbesar berikutnya berasal dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), yang menebar dividen sebesar Rp 1,40 triliun atau Rp 102,08 per saham. Meskipun pada tanggal ex date saham PGAS berada di level Rp 1.680, dividend yield yang ditawarkan mencapai 10,83%, menunjukkan daya tarik investasi yang kuat dari sektor energi.

Namun, di balik kegembiraan pembagian dividen yang melimpah, muncul kekhawatiran dari sejumlah kalangan bahwa kenaikan alokasi laba bersih untuk dividen ini dapat mengganggu rencana ekspansi para emiten. Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menegaskan adanya konsekuensi dari pilihan pembagian dividen jumbo ini. “Tentunya ada konsekuensi pilihan antara dividen yang dibagikan dengan dana untuk melakukan ekspansi atau capital expenditure,” jelasnya kepada Kontan, Minggu (15/6), menyoroti dilema klasik antara pengembalian kepada pemegang saham dan kebutuhan pertumbuhan perusahaan.

Menilik Prospek Emiten BUMN Karya di Tengah Upaya Bayar Obligasi

Senada dengan itu, Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menambahkan bahwa ada potensi aksi korporasi emiten BUMN yang pembagian dividennya besar akan tertahan, sehingga mengganggu jalannya ekspansi. Meskipun demikian, Nafan berharap aliran investasi yang dilakukan oleh Danantara justru dapat menjadi katalis positif yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang pada gilirannya akan berdampak baik bagi emiten-emiten BUMN.

Lebih lanjut, Nafan menjelaskan bahwa dana yang akan disalurkan Danantara tidak hanya terbatas pada sektor riil. Terdapat potensi signifikan dana tersebut mengalir pula kepada emiten BUMN lainnya yang tengah membutuhkan suntikan modal, seperti BUMN Karya atau PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Sebagai contoh konkret, GIAA sebelumnya dikabarkan tengah menjajaki peluang suntikan dana segar sekitar US$ 500 juta dari Danantara, yang rencananya akan dialokasikan untuk pengadaan 15 unit pesawat guna memperkuat armadanya.

Menanggapi dinamika ini, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, berpandangan bahwa tidak dapat dipungkiri Danantara membutuhkan dana besar untuk menjalankan operasionalnya, dan aspek politik pun tak bisa dilepaskan dari peran lembaga ini. Investor dapat belajar dari kasus PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang selama dua tahun beruntun membagikan dividend payout ratio 100%. Situasi ini mengindikasikan bahwa tidak ada dana yang disisihkan untuk modal ekspansi internal. Meski demikian, Nico Demus meyakini bahwa, walaupun terjadi kenaikan jumlah dividen yang dibagikan, para emiten sudah melakukan pencadangan yang matang untuk menjalankan rencana bisnis mereka.

Menilik Ulang Nasib Emiten BUMN yang Tergabung di Danantara

Bagi investor yang tertarik pada saham-saham BUMN pembagi dividen, Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan saham-saham pilihan seperti BBRI, BBNI, BMRI, dan BBTN. Selain itu, investor juga masih bisa mencermati potensi PTBA dan ELSA. Sementara itu, pilihan saham dari Nafan Aji Gusta jatuh pada BBNI, BMRI, BBRI, BRIS, JSMR, dan TLKM, menawarkan beragam opsi bagi portofolio investasi.

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar