Gencatan Senjata Israel-Iran: Dampak Ekonomi & Nasib Warga Sipil

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

businesscarddiscounts.com – , JakartaPerang antara Israel dan Iran kini memasuki babak baru setelah Presiden Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan gencatan senjata. Namun, realitas di lapangan justru menunjukkan situasi yang membingungkan; serangan masih terus terjadi. Setelah serangkaian insiden yang dimulai sejak Minggu lalu, yang bahkan melibatkan intervensi langsung dari Amerika Serikat, Washington mengeluarkan pernyataan tak terduga, seperti yang dilaporkan oleh Al Jazeera dan The Guardian.

Di tengah eskalasi ketegangan di kawasan, Trump mengklaim bahwa Iran dan Israel telah sepakat untuk menghentikan permusuhan. Melalui unggahan panjang di platform Truth Social pada Senin malam, ia menyatakan bahwa gencatan senjata akan berlangsung selama 24 jam dan mengungkapkan optimisme bahwa langkah ini akan mengakhiri konflik. Namun demikian, kesepakatan gencatan senjata tersebut tidak serta-merta terwujud. Iran dilaporkan masih melancarkan serangan terhadap Israel, tampaknya sebagai bentuk kemarahan atas intervensi AS. Sebelumnya, serangan Israel sehari sebelum pengumuman itu telah merenggut nyawa sembilan warga Iran dan melukai lebih dari 30 lainnya.

Dampak bagi warga sipil terasa sangat nyata. Serangan dari Iran terus berlanjut bahkan setelah gencatan senjata yang disepakati seharusnya berakhir pada pukul 04.00 GMT (11:00 WIB). Bahkan, serangan masih terjadi 2,5 jam setelah waktu yang ditentukan, meskipun media resmi kedua negara telah mengumumkan dimulainya gencatan senjata. Serangan Iran ini menargetkan berbagai lokasi di Israel, termasuk tiga bangunan perumahan padat penduduk di Beersheva yang hancur akibat gempuran. Akibatnya, empat orang dilaporkan tewas dan lebih dari 20 orang mengalami luka-luka.

Kebingungan seputar status gencatan senjata Israel Iran ini tidak hanya terjadi di lapangan. Mantan Duta Besar AS untuk Israel, Dan Shapiro, turut menyuarakan kebingungannya melalui unggahan di platform X (sebelumnya Twitter). “Sangat membingungkan! Apakah Israel memiliki 12 jam lagi untuk menyerang berdasarkan pengumuman pertamanya? Atau apakah mereka seharusnya dalam gencatan senjata sekarang? Bahkan setelah kematian di Beersheva dan rentetan Iran setelah tenggat waktu? Tidak ada yang tahu! Ketepatan dalam perang dan perdamaian.” Sementara itu, Israel yang sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan resmi mengenai gencatan senjata, pada akhirnya tidak dapat menahan diri akibat serangan terus-menerus dari Iran. Menteri Pertahanan Israel Benny Katz memberikan instruksi kepada militer untuk “merespons dengan keras terhadap pelanggaran Iran soal gencatan senjata dengan serangan intens ke jantung kota Teheran.” Dalam aksi balasan tersebut, rudal diluncurkan dan berhasil menghancurkan instalasi radar.

Di sisi lain, perkembangan konflik Israel Iran yang berujung pada gencatan senjata yang rapuh ini disambut positif oleh para investor. Dilansir dari berita CNN, harga minyak mengalami penurunan tajam pada Selasa, 24 Juni 2025, kembali ke level sebelum konflik dimulai. Harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global, turun sebanyak 6,1 persen menjadi 67,14 dolar AS per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate, patokan minyak AS, turun sebanyak 6 persen menjadi 64,37 dolar AS per barel.

Penurunan harga ini menempatkan kembali pasar ke posisi sebelum Israel melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni. Serangan tersebut memicu konflik selama 12 hari, di mana kedua belah pihak saling meluncurkan rudal, diperparah dengan keterlibatan militer langsung dari sekutu utama Israel, Amerika Serikat. Selain itu, gencatan senjata Israel Iran yang masih rapuh ini secara signifikan mengurangi kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak global. Berdasarkan data dari Badan Energi Internasional, banyak investor sebelumnya cemas soal kabar Iran akan menutup Selat Hormuz, jalur perairan vital yang mengangkut sekitar seperempat pasokan minyak dunia. Skenario yang dapat menyebabkan lonjakan harga minyak itu, kini tampaknya tidak lagi menjadi ancaman langsung.

Nurdin Saleh berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar