Harga Tanah SCBD yang Dibangun Tomy Winata Tembus Rp 300 Juta/M2

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

businesscarddiscounts.com – Kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) di Jakarta Selatan selalu menjadi pusat perhatian sebagai salah satu distrik bisnis teradu paling bergengsi di Asia Tenggara.

Dikenal sebagai “Manhattan-nya Indonesia”, SCBD merupakan kawasan terintegrasi yang diprakarsai dan dikembangkan oleh PT Danayasa Arthatama Tbk., sebuah entitas di bawah Artha Graha Network milik taipan duet Tomy Winata-Suagianto Kusuma (Aguan).

Melihat megahnya gedung-gedung pencakar langit dan fasilitas mewah di SCBD, tak heran jika banyak yang bertanya-tanya: berapa sebenarnya harga tanah di kawasan premium ini, terutama yang dimiliki dan dikembangkan oleh Tomy Winata?

Baca juga: Menguak Alasan Mengapa 45.000 Unit Apartemen di Jakarta Sulit Laku

Kawasan SCBD memang terkenal dengan harga properti yang fantastis. Menurut Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia, Martin Samuel Hutapea, harga tanah di SCBD pada pertengahan Juni 2025 ini telah mencetak rekor baru.

“Paling mahal ya di SCBD nilainya sekitar Rp 200 juta-Rp 300 juta per meter persegi, itu nilai ya artinya perkiraan, setelah transaksi bisa berubah tergantung negosiasi,” ungkap Martin pada 19 Juni 2025.

Data terbaru menunjukkan, harga tanah di SCBD bahkan tembus Rp 300 juta per meter persegi.

Angka ini menempatkan SCBD sebagai salah satu area dengan harga tanah termahal di Jakarta, bahkan melebihi kawasan elite lain seperti Menteng dan Pondok Indah.

Sebelumnya, pada tahun 2010, salah satu transaksi besar terjadi ketika taipan asal Hong Kong, Li Ka-shing, membeli lahan di SCBD dengan harga 20.000 dollar AS per meter persegi.

Jika dikonversi ke rupiah dengan kurs saat itu, angka tersebut sudah sangat tinggi, dan kini nilainya terus meroket.

Baca juga: Apartemen Mewah Rp 37 Miliar Per Unit Sold Out di Tengah Resesi

Kenaikan harga tanah yang ekstrem di SCBD tidak lepas dari beberapa faktor kunci, yakni berada di jantung Kota Jakarta, SCBD memiliki akses mudah ke berbagai fasilitas dan pusat kegiatan bisnis.

Kawasan ini juga dilengkapi dengan infrastruktur modern, mulai dari akses transportasi, jalan yang terencana, hingga utilitas bawah tanah.

Memiliki alamat di SCBD memberikan nilai prestise dan status tersendiri bagi perusahaan maupun individu.

Sebagai pusat bisnis dan finansial, permintaan akan lahan dan properti di SCBD tetap tinggi dari investor dan korporasi, meskipun harga sudah selangit.

Selain itu, lahan kosong di SCBD sangat terbatas, membuat nilainya semakin melambung tinggi.

Dengan visi jangka panjang dan pengembangan yang berkelanjutan, SCBD tetap menjadi salah satu kawasan properti paling berharga di Indonesia.

Harga tanah yang mencapai ratusan juta rupiah per meter persegi menjadi cerminan dari statusnya sebagai pusat gravitasi ekonomi dan gaya hidup di Ibu Kota.

Sejarah SCBD

SCBD tidak dibangun dalam semalam. Kawasan bisnis terpadu ini merupakan visi jangka panjang dari Tomy Winata dan Artha Graha Group (melalui PT Danayasa Arthatama Tbk.) untuk menciptakan pusat bisnis modern bertaraf internasional.

Tomy Winata bahkan pernah mengungkapkan visinya untuk menjadikan SCBD sebagai “Manhattan of Indonesia”.

Proyek-proyek yang telah dan sedang dikembangkan di SCBD oleh Artha Graha Network sangat beragam, meliputi:

  • Gedung-gedung perkantoran elit yang menjadi markas banyak perusahaan multinasional. 
  • Apartemen mewah dengan fasilitas lengkap.
  • Pusat perbelanjaan bergengsi seperti Pacific Place Jakarta.
  • Bahkan ada rencana pembangunan The Signature Tower setinggi 111 lantai (638 meter) yang digadang-gadang akan menjadi gedung tertinggi kelima di dunia, dengan nilai investasi mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 18 triliun pada tahun 2012.

Tomy Winata, yang dijuluki sebagai salah satu dari “9 Naga” pengusaha berpengaruh di Indonesia, tidak hanya memiliki aset properti di SCBD.

Artha Graha Network-nya juga membawahi berbagai bisnis lain, mulai dari perbankan (Bank Artha Graha Internasional), asuransi, perhotelan (Hotel Borobudur Jakarta), perkebunan, hingga infrastruktur.

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar