Iran Memanas, IHSG Terjun Bebas: Investor Asing Panik Jual Saham!

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

businesscarddiscounts.com JAKARTA. Gelombang ketegangan geopolitik di Timur Tengah mencapai puncaknya setelah Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu, 21 Juni waktu setempat. Operasi militer ini, yang disebut Presiden AS Donald Trump sebagai “sukses besar,” diklaim telah berhasil melumpuhkan program nuklir Iran.

Keterlibatan langsung AS dalam konflik Iran-Israel ini sontak menimbulkan kekhawatiran serius, dipandang berpotensi memperburuk ketegangan kawasan dan mengancam stabilitas ekonomi global secara signifikan. Ketidakpastian yang melonjak ini segera memicu sentimen panik di pasar keuangan, terutama terkait potensi arus keluar modal atau capital outflow besar-besaran dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Data dari RTI menunjukkan bahwa kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih atau net sell senilai Rp 50,38 triliun secara year to date (YTD) di seluruh pasar saham Indonesia, sebuah indikasi kuat dari sentimen risk-off yang mendominasi.

IHSG Terancam Koreksi Tajam

Rully Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas, menegaskan bahwa peningkatan tensi geopolitik ini bisa memicu sentimen risk-off yang amat signifikan. Menurutnya, pasar saham Asia, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia, kemungkinan besar akan menjadi yang pertama merespons dengan koreksi tajam. “Potensi arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia cukup besar,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (22/6).

Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Akan Putuskan Penutupan Selat Hormuz

Ia memperkirakan saham-saham favorit investor asing dari sektor big caps seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) berpeluang besar mengalami tekanan jual yang substansial. Untuk proyeksi jangka pendek hingga menengah, Rully memprediksi pergerakan IHSG akan berada di kisaran 6.700–6.950.

Emiten Migas Dibayangi Sentimen Global, Cek Rekomendasi Saham ELSA, MEDC, RATU, ENRG

Lebih lanjut, Rully juga menyoroti risiko krusial terkait potensi penutupan Selat Hormuz oleh Iran. Jika skenario ini terwujud, harga minyak mentah global bisa melonjak drastis, mendekati level US$ 80 per barel. Dalam situasi ketidakpastian ekstrem seperti ini, aset-aset lindung nilai atau safe haven seperti dolar AS dan emas diperkirakan akan menguat signifikan, sementara nilai tukar rupiah berisiko tinggi untuk tertekan.

Saham Tel Aviv Cetak Rekor Tertinggi Usai Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran

Antisipasi Skenario Terburuk Pasar Keuangan Global

Guru Besar Keuangan Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menganalisis bahwa dampak serangan AS terhadap Iran akan terasa dalam jangka pendek. Namun, ia menekankan bahwa efeknya bisa terbatas selama konflik tidak meluas dan melibatkan kekuatan besar lainnya. “Selama negara besar lain seperti China dan Rusia tidak ikut terlibat, saya rasa pasar masih bisa stabil. Namun kalau sampai itu terjadi, risiko perang dunia ketiga terbuka,” papar Budi, mengingatkan akan potensi skenario terburuk.

Ia menambahkan, bila terjadi capital outflow, dana investor kemungkinan besar akan beralih mencari perlindungan ke aset-aset yang lebih aman, salah satunya emas.

Geopolitik Makin Tegang, Rupiah Diproyeksi Tertekan pada Senin (23/6)

Senada, VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menjelaskan bahwa kekhawatiran investor akan mendorong transisi investasi dari aset berisiko tinggi menuju instrumen safe haven. “Data menunjukkan asing masih mencatatkan net sell Rp 53 triliun ytd, sehingga potensi berlanjut jika tensi konflik pasca serangan AS ke Iran meningkat,” ujar Audi, memperkuat kekhawatiran pasar.

Audi merinci bahwa sektor-sektor seperti keuangan, industri, konsumer siklikal, dan properti akan menjadi yang paling terdampak jika eskalasi konflik terus berlanjut. Emiten-emiten big caps dari sektor ini, khususnya perbankan KBMI IV, dinilai paling berisiko dilepas oleh investor asing. Untuk proyeksi jangka pendek-menengah, Audi memproyeksikan IHSG berpeluang turun ke kisaran 6.400–6.550. Sementara untuk jangka panjang, indeks diperkirakan akan bergerak dalam rentang yang lebih luas, yaitu 6.200–7.400.

Tiga Skenario Tekanan Besar IHSG Menurut Kiwoom Sekuritas

Audi juga memaparkan tiga skenario yang bisa menjadi tekanan masif bagi pasar saham Indonesia:

  • Keterlibatan langsung dan aktif Amerika Serikat dalam menyerang Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir.
  • Penutupan Selat Hormuz oleh Iran, sebuah jalur maritim strategis yang menjadi koridor bagi 20%–30% pasokan minyak global.
  • Dukungan terbuka dari sekutu Iran seperti China atau Rusia, yang berpotensi memicu perluasan konflik menjadi skala yang lebih besar.

“Kalau skenario-skenario ini terjadi, pasar bisa jatuh lebih dalam,” tegasnya.

Geopolitik Makin Panas, Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (23/6)

Minimnya Sentimen Positif Domestik Perparah Kerentanan Pasar

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat, menambahkan bahwa Indonesia juga menghadapi tantangan internal yang tak kalah berat, yang semakin memperparah kerentanan pasar domestik terhadap tekanan eksternal. Minimnya sentimen positif dari dalam negeri membuat pasar domestik makin rentan. “Ekonomi kita sedang punya masalah sendiri, terlepas dari konflik Timur Tengah,” ungkap Teguh.

Ia menyoroti beberapa isu domestik, antara lain pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah 5%, tekanan berkelanjutan pada nilai tukar rupiah, penerimaan pajak yang belum optimal, serta belum terlihatnya gebrakan kebijakan fiskal yang signifikan untuk mendorong kepercayaan pasar. Jika situasi global dan domestik memburuk secara simultan, Teguh memprediksi IHSG bisa anjlok ke level 6.000–6.200. Namun, jika ada perbaikan kondisi, indeks masih berpeluang bertahan di kisaran 6.400–6.700.

Tumbang di Pekan Lalu, Begini Proyeksi Pergerakan IHSG, Senin (23/6)

Saham Sektor Energi Jadi Penopang di Tengah Ketidakpastian

Meskipun sentimen pasar cenderung negatif, saham sektor energi dan bahan baku justru berpeluang mendapatkan sentimen positif di tengah tensi geopolitik yang memanas. Oktavianus Audi merekomendasikan trading buy untuk saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan target harga Rp 1.590, serta speculative buy untuk PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dengan target Rp 8.400 per saham.

MEDC Chart by TradingView

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar