Kode Broker BEI Dibuka: Transparansi Dongkrak Gairah Pasar Saham?

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

businesscarddiscounts.com, JAKARTA — Rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk kembali membuka kode broker dinilai sebagai langkah progresif yang berpotensi merevitalisasi pasar modal. Kebijakan ini, bersama dengan pembukaan informasi domisili investor, dipercaya akan memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di pasar modal Indonesia.

Guru Besar Keuangan & Pasar Modal UI, Budi Frensidy, menjelaskan bahwa rendahnya RNTH pada tahun ini sebagian besar dipicu oleh kondisi pasar yang cenderung bearish atau melemah. Frensidy meyakini, ketika pasar berbalik menjadi bullish, volume transaksi harian secara alamiah akan ikut meningkat pesat. Ia menambahkan, “Pembukaan kode broker akan mampu meningkatkan RNTH dan akan lebih besar lagi diikuti dengan pembukaan domisili,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (20/6/2025).

Meskipun terjadi peningkatan jumlah investor ritel secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, hal ini belum mampu secara langsung mendongkrak lonjakan transaksi harian. Hal ini disebabkan oleh dana kelolaan dari para investor baru tersebut yang masih tergolong kecil. “Tambahan investor yang relatif banyak tidak banyak efeknya jika dana kelolaannya masih kecil,” imbuhnya. Mengamati dinamika pasar saham saat ini, Budi Frensidy menyarankan agar Indonesia meniru praktik bursa-bursa besar dunia yang menempatkan peran market maker atau liquidity provider sebagai elemen sentral dalam menjaga likuiditas pasar.

Senada dengan pandangan tersebut, pengamat pasar modal Teguh Hidayat menyambut positif kebijakan BEI untuk membuka kembali kode broker dan domisili data transaksi lokal serta asing demi peningkatan nilai transaksi di pasar saham. Menurutnya, penutupan kode broker dan informasi domisili investor selama ini justru merugikan kalangan trader aktif, yang notabene merupakan kontributor utama volume transaksi harian. Para trader ini kehilangan alat analisis yang krusial, sehingga menyebabkan pasar saham menjadi semakin sepi.

Teguh Hidayat mengkritisi serangkaian “eksperimen” yang dilakukan BEI dalam beberapa tahun terakhir, yang justru berujung pada penurunan aktivitas pasar. “BEI ini selama beberapa tahun terakhir banyak eksperimen. Tapi kenyataannya semua yang dilakukan itu ternyata malah bikin pasar saham jadi sepi. Ya sudah berarti jangan dilakukan lagi. Balik lagi saja ke kebijakan-kebijakan yang dulu, yang tidak aneh-aneh seperti sekarang,” tegasnya, menyiratkan perlunya kembali pada kebijakan yang terbukti efektif sebelumnya.

Di sisi lain, sebagai solusi jangka panjang yang berkelanjutan, Teguh Hidayat menekankan pentingnya peningkatan kinerja fundamental perusahaan-perusahaan publik, pembagian dividen yang lebih menarik bagi investor, serta perbaikan kondisi ekonomi makro secara umum. “Jadi yang harus diperbaiki juga sebenarnya kinerja perusahaan, kinerja emiten. Dividen yang dibayarkan ke investor harus lebih besar, tetapi agar kinerja perusahaan-perusahaan lebih bagus ya berarti ekonominya juga harus bagus,” imbuhnya.

Bersamaan dengan upaya-upaya tersebut, ia juga menyoroti urgensi untuk mengoptimalkan sistem perlindungan investor di Indonesia yang dinilainya belum memadai. Teguh Hidayat membandingkan situasi di Indonesia dengan Wall Street, di mana ketika sebuah perusahaan bangkrut, asetnya dilikuidasi dan hasilnya dibagikan kepada investor, sehingga investor masih mendapatkan sebagian pengembalian dana mereka. “Di sini, kalau perusahaan bangkrut, investor kehilangan segalanya tanpa ada pengembalian sama sekali,” pungkasnya, menegaskan kesenjangan dalam perlindungan hak-hak investor di pasar modal Indonesia.

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar