Panas! Saham AS Terancam Ambruk Akibat Serangan Iran?

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

Pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, terancam menghadapi gelombang aksi jual masif pada Senin mendatang. Kekhawatiran ini muncul setelah serangan AS terhadap Iran meningkatkan potensi balasan dan memicu lonjakan harga minyak. Situasi geopolitik yang memanas di Timur Tengah kini menjadi pusat perhatian utama bagi para investor, yang tengah mencermati dampak dari keputusan mendadak Presiden Donald Trump untuk bergabung dalam kampanye militer Israel melawan Iran terhadap sentimen pasar, laju inflasi, dan arah suku bunga.

Steve Sosnick, Kepala Strategi Pasar di Interactive Brokers di Connecticut, menegaskan bahwa pasar saham sudah pasti akan bereaksi negatif. Namun, ia menambahkan, skala reaksi tersebut akan sangat bergantung pada respons balasan Iran serta pergerakan harga minyak mentah. “Apa yang sebenarnya kita saksikan adalah efek sekunder: dampak pada harga minyak, stabilitas pasar, dan kenaikan harga di seluruh ekonomi. Tidak ada saham global penting yang secara langsung terdampak oleh insiden yang terjadi tadi malam,” jelas Sosnick.

Meskipun demikian, Indeks S&P 500 (.SPX) saat ini berada tepat di bawah titik tertingginya pada Februari. Indeks acuan AS tersebut sempat pulih tajam dari aksi jual yang terjadi pada awal April, seiring meredanya ketegangan terkait tarif. Namun, kini indeks tampak tertahan, sekitar 2,7 persen di bawah rekor penutupan tertingginya pada Februari dan belum berhasil mencetak rekor baru setelah melewati 27 sesi perdagangan dalam jarak 5 persen dari puncak Februari tersebut.

Konflik yang kian memanas antara Israel dan Iran memang telah memicu lonjakan tajam harga minyak dan meningkatkan kehati-hatian di pasar. Sejauh ini, pasar minyak telah menyerap sebagian besar gejolak geopolitik ini, dengan ekuitas yang relatif stabil. Namun, para investor saham tetap diliputi kekhawatiran bahwa kenaikan harga minyak dapat memicu inflasi dan berpotensi menggagalkan rencana pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Pada Rabu lalu, The Fed memang mempertahankan suku bunga tetap stabil. Para pembuat kebijakan mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman masih akan turun tahun ini. Kendati demikian, mereka memprediksi laju keseluruhan pemangkasan suku bunga di masa depan akan lebih lambat dibandingkan proyeksi mereka pada pertemuan bulan Maret sebelumnya, sebuah pandangan yang menambah kompleksitas bagi pasar.

Sementara sebagian besar investor memperkirakan ketegangan di Timur Tengah akan memicu kegugupan jangka pendek di pasar saham dan mendorong pergeseran ke aset-aset yang lebih aman seperti dolar dan obligasi pemerintah, beberapa pihak justru memprediksi akan terjadi deeskalasi dalam situasi tersebut. “Saya pikir ini akan sangat positif bagi pasar saham. Jadi ini akan meyakinkan, terutama karena tampaknya ini adalah situasi yang hanya terjadi sekali dan selesai, bukan seolah-olah (AS) sedang mencari konflik yang berlarut-larut,” ujar Mark Malek, Kepala Investasi Siebert Financial, memberikan pandangan optimistisnya.

Selain perkembangan geopolitik, para investor juga akan mencermati serangkaian rilis data ekonomi penting yang akan datang. Data aktivitas bisnis AS dan penjualan perumahan dijadwalkan pada Senin, diikuti oleh angka keyakinan konsumen pada Selasa, dan Indeks Harga PCE yang sangat dinantikan pada Jumat, yang semuanya akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang kondisi ekonomi AS.


Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar