Prabowo di SPIEF Rusia: Pidato & Tanya Jawabnya

devisella116@gmail.com

0 Comment

Link

businesscarddiscounts.com – , Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto tampil sebagai pembicara utama dalam sesi panel Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025 di ExpoForum, St. Petersburg, Rusia, Jumat, 20 Juni. Kehadirannya, atas undangan khusus Presiden Rusia Vladimir Putin, menempatkannya berdampingan dengan tokoh-tokoh dunia seperti Putin sendiri, Pangeran Nasser bin Hamad Al-Khalifa dari Bahrain, Wakil Perdana Menteri Cina Ding Xuexiang, dan Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile. Dalam forum yang kerap disebut “Davos-nya Rusia” ini, Prabowo memaparkan berbagai pencapaian pemerintahannya dan visi Indonesia di kancah internasional.

Prabowo mengawali pidatonya dengan memamerkan sejumlah prestasi ekonomi dalam tujuh bulan kepemimpinannya. Ia menekankan peningkatan produksi beras dan jagung sebesar 50 persen, yang disebutnya sebagai peningkatan agregat terbesar dalam sejarah Indonesia. Lebih lanjut, ia mengumumkan cadangan beras pemerintah mencapai 4,4 juta ton, angka tertinggi sepanjang sejarah. Keberhasilan ini, menurut Prabowo, merupakan hasil dari berbagai kebijakan pemerintah, termasuk peningkatan efisiensi, pemberantasan korupsi, deregulasi, dan penyederhanaan regulasi yang menghambat. “Dan kami telah melihat hasil yang cepat dari langkah-langkah tersebut,” tegasnya.

Selain itu, Prabowo menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melampaui 5 persen pada semester pertama 2025, dengan prediksi mendekati atau bahkan melampaui 7 persen hingga akhir tahun. Dalam konteks ketahanan pangan, ia menyampaikan target swasembada pangan yang semula diproyeksikan dalam empat tahun, kini diperkirakan dapat tercapai dalam waktu satu tahun saja, bahkan Indonesia berpotensi menjadi pengekspor beras dan jagung dalam beberapa tahun mendatang. “Ini menunjukkan bahwa jalur yang kami ambil sudah tepat, dan sedang mencapai tujuan kami,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS juga menjadi sorotan dalam pidato Prabowo. Ia menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Rusia atas dukungan cepatnya terhadap keanggotaan Indonesia. Keanggotaan Indonesia dalam BRICS, yang secara resmi diumumkan pada 6 Januari 2025, menempatkan Indonesia sebagai anggota ke-10, bersama Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Prabowo juga menyampaikan apresiasi kepada Cina dan Afrika Selatan atas dukungan mereka, serta kepada mantan Presiden Brasil dan Presiden NDB Dilma Vana Rousseff atas dukungan terhadap keanggotaan Indonesia di New Development Bank (NDB), yang diumumkan pada 25 Maret 2025. “Kami meyakini bahwa bersama-sama, BRICS dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas dan kemakmuran dunia,” ungkapnya.

Sesi tanya jawab memberikan kesempatan Prabowo untuk berbagi pengalamannya dalam rekonsiliasi politik. Ia mencontohkan hubungannya dengan Muzakir Manaf, mantan pemimpin Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang kini menjabat sebagai Gubernur Aceh. Prabowo menggarisbawahi inspirasi yang ia peroleh dari Nelson Mandela, menekankan pentingnya rekonsiliasi bahkan dengan mantan musuh. “Sekarang ia bergabung dengan partai saya, ia berada di partai politik saya, dan ia sekarang menjadi Gubernur Aceh, dan saya adalah Presiden Indonesia. Ini menunjukkan bahwa mantan musuh dapat bersatu,” kata Prabowo, yang disambut tepuk tangan meriah.

Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan komitmen Indonesia terhadap kebijakan non-blok di tengah kompleksitas geopolitik global. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja sama damai untuk mencapai kemakmuran. “Indonesia secara tradisi selalu nonblok. Kami menghormati semua negara. Kebijakan luar negeri kami sederhana, seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak,” tegasnya. Ia menepis anggapan bahwa kehadirannya di SPIEF merupakan isyarat politik tertentu, menegaskan bahwa partisipasinya murni atas undangan resmi Pemerintah Rusia.

Menanggapi pertanyaan mengenai sikap Rusia terhadap serangan terhadap Iran, Prabowo menjelaskan bahwa persahabatan antar negara tidak berarti mengorbankan kepentingan nasional. Ia menekankan bahwa setiap negara bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan nasionalnya sendiri, sekalipun menjalin hubungan baik dengan negara lain. “Berteman itu berarti berteman, berusaha bekerja sama, berusaha saling membantu,” jelasnya. “Tapi berteman bukan berarti setiap negara harus mengorbankan kepentingan nasionalnya demi kepentingan nasional negara lain.” Partisipasi Prabowo dalam SPIEF 2025 menjadi agenda terakhir lawatannya ke Rusia, sebelum kembali ke Jakarta.

Pilihan Editor: Kemlu RI Mulai Evakuasi WNI dari Iran

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar